3. Sakamoto Adalah Pesuruh di Kota

Shin sempat menduga bahwa Sakamoto hanya menyamar sebagai warga sipil. Kecurigaan ini dimulai ketika Wawan meminta tolong kepada Sakamoto yang sedang bersantai duduk bersama Shin di luar toserba. Shin mengira Sakamoto sebenarnya sedang menjalankan misi sebagai pembunuh bayaran.

Shin kemudian memutuskan untuk menemani Sakamoto, yang ia duga sedang menjalankan misi rahasia. Namun, ternyata Wawan hanya meminta bantuan Sakamoto untuk menebang dahan pohon yang tinggi di halaman rumahnya. Dengan keterampilannya, Sakamoto menyelesaikan tugas tersebut dengan hebat. Setelah itu, Sakamoto juga membantu seorang ibu yang kesulitan menyuapi putrinya dengan sayur. Sakamoto berhasil membuat sang anak mau makan.

Shin mendadak merasa geregetan karena ternyata Sakamoto sekarang lebih dikenal sebagai pesuruh sukarela di kota. Ia pun menyebut Sakamoto sangat pintar menyembunyikan identitas aslinya dengan membaur bersama warga setempat, tetapi menurut Shin, tindakan Sakamoto sekarang terlihat sangat konyol.

Shin akhirnya berpamitan untuk pergi, namun berjanji akan kembali lagi. Saat hendak mengendarai mobilnya, Shin tersadar bahwa sudah lima tahun berlalu sejak terakhir kali ia bertemu dengan Sakamoto. Meski tubuh Sakamoto kini telah berubah menjadi gendut dan bulat, Shin tetap mengagumi pembunuh bayaran legendaris yang selalu diidolakannya. Dalam hatinya, ia berharap suatu hari nanti bisa kembali bekerja bersama Sakamoto.

4. Peraturan Organisasi Mafia

Shin menerima panggilan dari bosnya yang bernama Junet. Dalam panggilan tersebut, Shin menjelaskan bahwa ia gagal membujuk Sakamoto untuk kembali. Ia menambahkan bahwa tubuh Sakamoto kini sudah sangat gendut, sehingga mungkin tidak menjadi ancaman lagi dan bisa diabaikan.

Namun, Junet dengan tegas mengingatkan bahwa aturan mutlak organisasi adalah menghabisi siapa pun yang keluar seenaknya dari mafia. “Jika kau tidak mau melakukannya, masih banyak orang lain yang bersedia menghabisi Sakamoto!” seru Junet dengan nada penuh kemarahan.

Malam harinya, sambil menyantap camilan, Shin mengenang masa-masa ketika ia bekerja bersama Sakamoto. Ia teringat misi-misi yang mereka jalani bersama, di mana ia merasa bahagia karena bisa bekerja dengan idolanya.

Setelah lama termenung sambil rebahan, Shin akhirnya berdiri, mengambil pistolnya, dan bertekad bahwa jika memang harus terjadi, ia lebih baik menghabisi Sakamoto dengan tangannya sendiri daripada membiarkan orang lain melakukannya.