4. Koun Wataru Ogah Bantu Tim Z

Di ruang tidur, Lemon menegur beberapa pemain Tim Z yang asyik bermain kuis tebak ekspresi, dan mengingatkan mereka untuk memulai rapat strategi. Bachira berkomentar bahwa Lemon sedang marah, tetapi Lemon mengatakan ia tidak ikut bermain kuis. Khawatir terjadi kebocoran strategi lagi, Raichi menyekap Kuon dan mengajak anggota Tim Z bergantian menghajarnya. Namun, Isagi menegur Raichi, khawatir jika Kuon terluka, tim Z akan kesulitan bermain hanya dengan 10 orang.

Kuon melepaskan cengkeraman Raichi dan dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak ingin bermain bersama Tim Z lagi. Meskipun Tim Z kalah, Kuon mengungkapkan dirinya tetap akan lolos berkat keberhasilannya mencetak 3 gol, yang membuatnya menjadi top skor Tim Z. Kunigami kemudian mengatakan kepada Kuon bahwa ia akan mencetak hattrick, sehingga bisa memiliki 4 gol dan melampaui Kuon sebagai top skor Tim Z.

Kuon meragukan kemampuan Kunigami untuk mencetak hattrick melawan Tim V. Sambil duduk, Kuon mengatakan kepada Tim Z bahwa tidak ada yang bisa bermain bola sendirian, dan dia memahami hal itu. Koun mengaku selalu bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya menjadi juara Piala Dunia. Kuon teringat masa lalunya, saat ia berjuang sendirian sementara rekan-rekannya tidak serius. Karena itu, Kuon tidak mau tersingkir di Blue Lock dan kalah hanya karena rekan timnya.

Raichi, yang sudah mulai emosi dan ditahan oleh Isagi, berkata bahwa mustahil seorang pengkhianat seperti Kuon bisa menjadi juara dunia, tapi Kuon tidak peduli. Bachira kemudian bertanya, apa yang terjadi jika dua pemain memiliki jumlah gol dan fair play points yang sama? Tiba-tiba, layar televisi menampilkan Ego, yang menyapa Tim Z dan menjawab pertanyaan Bachira. Ego mengatakan bahwa pemain dengan peringkat tertinggi di Blue Lock yang akan lolos. Kuon langsung senang mendengarnya, karena dia memiliki peringkat 265, yang merupakan peringkat tertinggi di Tim Z.

Raichi heran bahwa seorang pengkhianat seperti Kuon memiliki peringkat tertinggi. Ego kemudian menjelaskan bahwa dalam seleksi pertama, penilaian memang didasarkan pada jumlah gol, dan tindakan Kuon tidak dianggap sebagai pelanggaran. Namun, Ego menyebut Kuon sebagai “striker sampah yang lebih busuk dari sampah.”

5. Ego Jinpachi Ajarkan Formula Mencetak Gol

Ego mengatakan bahwa Tim Z berpikir mereka bisa bertahan di Blue Lock hanya karena kerja keras, padahal itu hanya sebuah kebetulan. Menurutnya, permainan Tim Z tidak memiliki nilai, karena striker terbaik di dunia harus mampu mencetak gol secara konsisten dalam berbagai situasi yang berulang.

Ego juga menyebut bahwa gol dramatis memang dapat meninggalkan kesan mendalam di hati semua orang. Namun, ia menegaskan ada banyak pemain yang menghilang setelah mencetak satu gol gemilang, dan bertanya mengapa mereka tidak bisa mengulangi gol tersebut. Alasannya, kata Ego, adalah karena gol-gol itu hanya terjadi secara kebetulan, terutama yang dihasilkan melalui pengkhianatan yang tidak bisa direproduksi.

Ego menyatakan bahwa yang dibutuhkan oleh Tim Z adalah formula untuk menciptakan peluang mencetak gol. Ia menekankan pentingnya belajar menganalisis kapan dan bagaimana senjata mereka bisa digunakan untuk mencetak gol.

Misalnya, senjata tendangan jarak jauh harus dianalisis: seberapa jauh dari gawang? Berapa banyak bek yang menjaga? Di mana bola harus diterima dan apa yang dirasakan pada saat itu? Semua detail ini harus dihayati dan dihasilkan kembali. Posisi, sentuhan, dribel, tendangan, dan semuanya harus dirancang dengan formula yang membuat kemampuan mereka bersinar. Striker terbaik di dunia memiliki formula mereka sendiri untuk mencetak gol.

Ego menegaskan bahwa para pemain Tim Z masih hidup dalam kebetulan saat mencetak gol gemilang, dan itu masih belum cukup. Ia menyuruh mereka memahami bahwa mereka bisa berevolusi setelah berhasil menciptakan reproduktivitas dalam permainan mereka.

Dalam pertandingan, hal-hal tak terduga memang terjadi, tetapi striker yang mampu menguji formulasinya sendiri di medan perang akan menjadi striker terbaik di dunia, mencetak gol satu demi satu. Ego mengingatkan agar tidak mengandalkan kebetulan dan menekankan bahwa kemenangan harus diraih dengan keseriusan.

6. Isagi Berguru ke Barou Shouei

Isagi merenungkan konsep reproduktivitas gol, yang mengharuskan seorang striker untuk selalu bisa menggunakan kemampuannya kapan saja, tanpa bergantung pada kebetulan. Ia menyadari bahwa senjata spatial awareness-nya sangat berguna, tetapi juga paham kelemahannya dalam menggiring bola dan menghadapi situasi satu lawan satu.

Bertekad untuk berevolusi, Isagi mendekati Barou yang berlatih sendirian di lapangan. Isagi mengatakan bahwa tujuan kedatangannya adalah untuk belajar bagaimana dirinya bisa menjadi seperti Barou. Barou menendang bola keras yang mengenai wajah Isagi dan menyuruhnya berpikir sendiri.

Namun, Isagi memohon agar Barou tidak meninggalkannya, mengakui bahwa ia kagum dengan kemampuan Barou yang mampu mencetak gol seorang diri dalam pertandingan. Isagi juga mengaku takut tersingkir dari Blue Lock dan bertekad menjadi pemain yang mampu bertarung sendirian.

Barou lalu mengajak Isagi duel satu lawan satu, dengan niat menghancurkan impian Isagi yang menurutnya dipenuhi ego sampah. Barou mulai berlari menggiring bola menuju gawang Isagi. Sementara itu, Isagi berencana fokus memperhatikan gerakan kaki dan bola, dan berharap bisa merebutnya saat Barou lengah.

Barou bergerak meliuk-liuk, berpindah ke kiri dan kanan untuk mengecoh Isagi yang berdiri di luar kotak penalti. Isagi tetap tenang karena Barou belum melewatinya. Namun, Barou tiba-tiba melepaskan tembakan dari luar kotak penalti, mengarah ke sudut kanan gawang. Tendangan itu berhasil masuk dari jarak lebih dari 20 meter, membuat Isagi takjub dengan akurasi tendangan Barou.