Dandadan Episode 14
1. Gelombang Batin
Setelah memukul wajah Jiji, Okarun bangkit berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit. Dalam kondisi kehilangan kendali, ia berniat mengakhiri hidup dengan menusukkan gunting ke perutnya. Namun, Jiji berhasil menangkap tangannya dan menggagalkan tindakan itu.
Tak disangka, Momo juga ikut-ikutan mencoba bunuh diri dengan menusukkan pecahan kaca ke perutnya. Beruntung, Nenek Turbo yang sedang tertidur di pangkuan Momo menjadi perisai—pecahan kaca itu hanya menembus tubuh boneka kucing tersebut.
Nenek Turbo terbangun sambil berteriak kesakitan. Ia segera menyuruh Jiji mengambil tali untuk mengikat tangan Okarun dan Momo. Setelah berhasil mengikat keduanya, Jiji merasa heran mengapa mereka bisa kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Nenek Turbo pun menjelaskan bahwa suara yang dikeluarkan oleh Tsuchinoko, telah menciptakan gelombang batin yang membuat siapa pun di dalam rumah terdorong untuk mengakhiri hidup.
Jiji pun teringat sebuah kejadian masa lalu: saat pulang sekolah, ia mendapati kedua orang tuanya hendak bunuh diri dengan cara gantung diri di balkon lantai dua. Tali telah terikat di leher mereka dan ujung lainnya di pagar balkon. Untung saja, Jiji sempat menyelamatkan mereka dengan memotong tali itu menggunakan cutter.
Kini, Jiji menyadari bahwa penyebab orang tuanya bertindak nekat saat itu adalah karena terpapar suara gelombang batin dari Tsuchinoko. Jiji pun heran, mengapa gelombang batin Tsuchinoko tidak berpengaruh padanya? Nenek Turbo menjawab bahwa Jiji hanya belum menyadari alasan mengapa dirinya kebal terhadap efek tersebut.
Dari balik kaca jendela, Jiji melihat Tsuchinoko sedang menatap mereka yang ada di dalam rumah. Tanpa berpikir panjang, Jiji menggendong Momo di bahu kanannya, mengangkat Okarun dengan tangan kirinya, dan menggigit Nenek Turbo dengan mulutnya. Ia pun berlari keluar rumah, berusaha membebaskan mereka dari pengaruh gelombang batin Tsuchinoko.
2. Kemunculan Evil Eye
Di luar rumah, Tsuchinoko ternyata sudah menghadang Jiji, Okarun, dan Momo. Namun, Evil Eye tiba-tiba muncul melayang di udara, menghadap ke arah Tsuchinoko dengan punggung mengarah ke Jiji. Kehadirannya membuat Okarun dan Momo tersadar. Mereka pun menyadari bahwa berkat Evil Eye, mereka berhasil lepas dari pengaruh suara gelombang batin Tsuchinoko.
Layaknya burung hantu yang mampu memutar leher hingga 270 derajat, Evil Eye memutar kepalanya dan menatap Okarun, Momo, serta Jiji yang berada di belakangnya. Nenek Turbo segera memperingatkan agar mereka tidak menatap langsung ke mata Evil Eye, karena tatapannya memiliki efek yang sama berbahayanya dengan gelombang batin milik Tsuchinoko—mampu menghasut seseorang untuk mengakhiri hidup.
Nenek Turbo menjelaskan bahwa saat ini kekuatan tatapan Evil Eye dan gelombang batin Tsuchinoko sedang saling bertabrakan, saling menetralkan satu sama lain, sehingga Okarun dan Momo bisa tersadar dari pengaruhnya.
Okarun pun segera bertransformasi dan melesat cepat, menyundul kepala Tsuchinoko hingga terpenggal. Anehnya, Okarun tak kunjung kembali, membuat Momo heran dan bertanya-tanya ke mana ia terlempar. Namun, dalam sekejap, Tsuchinoko berhasil beregenerasi, dan kepalanya kembali utuh seperti semula.
Saat Tsuchinoko kembali menyerang, Momo dan Nenek Turbo segera berlari mengikuti Jiji, menjauh dari lokasi tersebut untuk menghindar. Sementara itu, Evil Eye terus melayang di udara, mengikuti setiap langkah kaki Jiji.
Dalam pelariannya, Jiji bertanya kepada Evil Eye, “Apakah kau yang bertanggung jawab atas penyakit yang menimpa kedua orang tuaku?”
Evil Eye lalu melipat kedua kakinya di atas bahu Jiji, dan Jiji pun terus berlari sambil menggendongnya. Dari punggung Jiji, Evil Eye menundukkan kepala perlahan hingga wajah mereka saling berhadapan, lalu menatap langsung ke mata Jiji dengan sorot tajam yang menusuk.