3. Instalasi Biji Sosis

Setelah itu, Okarun, Momo, Nenek Turbo, dan Seiko bersiap melakukan instalasi biji sosis Okarun dengan gaya permainan bisbol.

Nenek Turbo berperan sebagai pitcher yang melempar biji sosis ke arah Okarun, yang berperan sebagai catcher. Seiko menjadi batter, dan dengan sengaja membiarkan pukulannya meleset agar bola bisa tepat mengenai sasaran.

Biji sosis pun mengenai selangkangan Okarun—yang duduk tepat di belakang Seiko—dan langsung terpasang. Okarun berteriak histeris kesakitan lalu terjungkal dari tempat duduknya.

Sementara itu, Momo yang bertugas sebagai umpire di belakang Okarun dengan serius menyatakan, “Strike, batter out!”

Okarun pun mengumumkan bahwa biji sosisnya telah kembali, dan mereka semua langsung merayakan keberhasilan itu dengan penuh sukacita.

4. Aira Nyatakan Cinta Ke Okarun

Di taman sekolah, Okarun sedang berlatih meningkatkan massa otot dan daya tahan tubuhnya dengan melakukan push-up, sit-up, back-up, dan squat, sesuai dengan saran dari Seiko. Ia yakin bahwa saat mencari biji sosisnya lagi, ia akan menghadapi lawan yang lebih berbahaya. Karena itulah, Okarun bertekad menjadi lebih kuat agar tidak membahayakan Momo yang selalu membantunya.

Tiba-tiba, Aira menghampiri Okarun. Okarun terkejut dan langsung bertanya, “Ada perlu apa?”

Tanpa menjawab, Aira meletakkan kedua tangannya di sisi pipi Okarun dan bersiap mencium bibirnya. Namun, dengan gerakan cepat, tangan Okarun menahan mulut Aira untuk menggagalkan aksi itu. Aira heran mengapa Okarun menghindar, sementara Okarun berkata bahwa Aira aneh karena tiba-tiba “nyosor” begitu saja.

Aira pun menjelaskan bahwa, menurut buku yang ia baca di ruang kerja ayahnya, menyatakan cinta harus dilakukan dengan ciuman, dan si cowok harus menerimanya.

Okarun terkejut dan menyebut bahwa itu pasti buku ajaran sesat. Namun Aira tetap memaksakan diri mencium Okarun, hingga akhirnya Okarun menahan dagu Aira dengan satu tangan untuk menghindarinya.

Aira lalu menjegal kaki Okarun, membuat mereka berdua terjatuh ke tanah. Posisi mereka menjadi cukup canggung—Okarun berada di atas, nyaris menindih Aira yang terbaring, sementara kedua tangannya bertumpu di atas bahu Aira untuk menahan tubuhnya agar tidak benar-benar jatuh menimpanya.

Aira memejamkan mata dan menatap Okarun dengan wajah pasrah, seolah siap menerima ciuman. Suasana pun berubah tegang dan dipenuhi nuansa romantis.

Tanpa sengaja, Momo lewat dan menyaksikan momen itu. Ia syok melihat pose “kabedon” ala anime antara Aira dan Okarun yang terjatuh di tanah. Kedua minuman yang dibawanya pun terlepas dan jatuh ke lantai. Okarun langsung panik dan ingin menjelaskan agar Momo tidak salah paham.