9. Aturan

Seiko mengakui bahwa ia sebenarnya tidak ingin menggunakan cara kasar untuk memberantas roh terikat dan Nenek Turbo. Ia bercerita bahwa banyak gadis seumuran Momo yang dianiaya, lalu jasadnya dibuang ke terowongan angker. Padahal, sebenarnya mereka tidak ingin menjadi roh jahat.

Dengan penuh hormat, Momo, Okarun, dan Seiko mengunjungi terowongan angker untuk mendoakan arwah para korban yang pernah meregang nyawa di tempat itu.

Seiko juga mengungkapkan bahwa para medium roh sudah lama mengincar Nenek Turbo. Sosok Nenek Turbo selalu muncul di tempat di mana gadis-gadis tewas secara tidak wajar. Kemungkinan besar, ia berkeliling untuk menghibur roh para gadis yang tidak bisa pergi ke alam baka.

Menurut Seiko, orang mati tidak seharusnya menyerang orang yang masih hidup. Karena itu, ia terpaksa mengirim roh para gadis tersebut secara paksa ke alam baka. Namun, orang hidup juga tidak boleh melecehkan yang sudah mati. Jika seseorang masuk ke wilayah mereka dengan tidak sopan, maka wajar saja jika ia diserang. Itulah aturan agar orang hidup dan orang mati bisa hidup berdampingan.

10. Sampai Jumpa Besok

Malam harinya, Seiko dan Momo mengadakan makan malam dengan menu utama kepiting, sebagai jamuan untuk Okarun. Namun, Okarun tampak tidak nafsu makan karena baru saja menghadapi roh kepiting raksasa.

Seiko lalu bertanya apakah “sosis” milik Okarun sudah kembali, dan Okarun mengiyakan. Namun, ia menolak permintaan Seiko yang menyuruhnya memperlihatkan sosis tersebut.

Setelah makan malam, Momo berdiri di depan pintu rumah dan melihat Okarun yang sedang berdiri sambil memegang sepedanya. Rupanya, Okarun bersiap untuk pulang ke rumahnya. Okarun pun mengucapkan, “Selamat tinggal,” dan Momo menjawab, “Selamat tinggal.”

Mereka berdua kemudian terdiam, merenungkan kata-kata yang baru saja diucapkan. Tak lama, Momo kembali bersuara, “Sampai jumpa besok.” Okarun pun tersenyum senang dan menjawab, “Ya.”