3. Pertaruhan Momo & Okarun
Saat Momo berjalan menyusuri lorong sekolah, Okarun tiba-tiba mencegatnya. Dengan membelakangi Momo yang berdiri di belakangnya, ia berkata bahwa ia tahu Momo menyukainya. Namun, Momo menegaskan bahwa Okarun salah sangka, karena ia tidak berniat untuk berteman dengannya.
Okarun lalu membuka halaman buku yang sebelumnya dibuka oleh Momo, yang berisi tentang UFO dan alien. Momo mengaku bahwa ia tidak percaya pada UFO maupun alien. Namun, Okarun semakin gigih berusaha membuat Momo tertarik, dengan menjelaskan tentang fenomena U.A.P yang telah diakui oleh militer Amerika sebagai fenomena udara tak dikenal. Ia menyimpulkan bahwa Jepang dan Amerika sedang bersiap menghadapi perang antariksa.
Momo mengomentari sikap Okarun yang memaksakan topik pembicaraan dengan cara yang ngotot. Ia menyebut sikap itu menyebalkan dan menjadi alasan mengapa Okarun tidak punya teman. Setelah itu, Momo melangkah pergi, meninggalkan Okarun di belakang sambil mengingatkan agar tidak sok akrab.
Melihat Okarun tampak sedih hingga bukunya terjatuh, Momo berbalik, mengambil buku itu, dan mengembalikannya. Ia pun meminta maaf karena sudah kebablasan dalam berbicara.
Momo kembali menegaskan bahwa ia tidak percaya pada alien, tetapi percaya pada hantu. Okarun malah tertawa dan mengaku tidak percaya pada hantu. Kesal, Momo mengejek balik dengan bertanya, “Memangnya kamu pernah naik UFO bareng alien?” Keduanya pun terlibat pertengkaran kecil, saling memperebutkan buku. Okarun berusaha mengambil bukunya, sementara Momo menolak untuk menyerahkannya.
Akhirnya, Momo menantang Okarun bertaruh: jika ia bisa membuktikan bahwa hantu itu ada, maka Okarun harus menjadi babu Momo. Tantangan itu diterima. Okarun balik menantang—jika ia bisa membuktikan bahwa U.A.P itu ada, maka Momo yang harus menjadi babu Okarun.
4. Tantangan Dimulai
Momo mengunjungi Rumah Sakit Naki, bangunan tua yang sudah lama terbengkalai. Ia berjalan ketakutan seorang diri, mengitari gedung sambil memegangi smartphone dan berbincang dengan Okarun. Okarun memberitahu bahwa jika seseorang memanggil UFO di atas atap, mereka bisa diculik alien dan dijadikan bahan eksperimen. Momo pun bertanya bagaimana keadaan Okarun.
Ternyata, Okarun juga sedang melakukan penelusuran. Ia berada di depan sebuah terowongan angker yang dikenal berhantu, bersiap memasukinya sambil memegangi smartphone dan tetap berbincang dengan Momo. Okarun bertanya, “Kenapa kamu bisa percaya hantu, padahal kamu belum pernah melihatnya?”
Momo menjawab bahwa neneknya adalah seorang medium roh. Ia lalu menceritakan masa kecilnya. Setiap kali pergi keluar rumah, terutama saat berangkat ke sekolah, neneknya selalu mewajibkan Momo melakukan mantra. Gerakannya adalah meletakkan satu tangan di atas kepala, sambil mengangkat jari telunjuk dan ibu jari ke atas, membentuk seperti huruf “L”.
Akibatnya, Momo sering ditertawai oleh teman-temannya—termasuk oleh seorang pria yang ia sukai, Jiji. Sepulang sekolah, neneknya kembali menasihati Momo bahwa mengeluarkan ki bisa melindungi diri dari orang jahat. Ia lalu mengajari Momo cara menggunakan mantra: mengerahkan tenaga dari bawah perut, lalu membayangkan ki keluar dari ujung kepala. Namun, Momo memberontak. Ia berkata tidak akan mau melakukannya lagi, bahkan menyebut neneknya sebagai medium roh gadungan.
Meskipun pada akhirnya, Momo menyadari bahwa yang sebenarnya ia benci bukanlah ditertawai oleh Jiji, melainkan kenyataan bahwa pria yang ia sukai justru menertawakan ajaran neneknya—satu-satunya orang yang telah membesarkannya seorang diri sejak kecil.