5. Pertarungan di Kereta

Ketika kereta api melaju kencang, Kashima dan Sakamoto segera melompat ke udara untuk menghindar. Kashima lalu mengeluarkan tali grappling hook dari pergelangan tangannya, yang kemudian melilit tubuh Sakamoto saat mereka melayang di udara.

Setelah itu, Kashima berdiri di atap gerbong kereta dan menarik tali grappling hook yang mengikat tubuh Sakamoto, yang saat itu terbaring di rel, membuatnya terseret oleh laju kereta. Namun, dengan gesit, Sakamoto memanfaatkan bantalan rel untuk berselancar di atasnya, melaju di atas rel kereta api dalam terowongan bawah tanah.

Sakamoto kemudian menggunakan pamflet untuk memotong tali grappling hook yang mengikat tubuhnya. Tanpa membuang waktu, Sakamoto menarik tali yang masih terhubung ke pergelangan tangan Kashima, membuat tubuh Kashima terhempas ke dinding terowongan. Tak berhenti di situ, Sakamoto langsung menyeruduk Kashima, menghantam dinding terowongan hingga roboh.

Kekuatan benturan itu membuat mereka berdua terlempar dan melayang di udara, berpindah ke jalur lain—tepat saat kereta lain melintas. Sakamoto dengan cepat mengarahkan tubuh Kashima menabrak kaca depan moncong kereta, mengejutkan masinis yang melihat mereka terlempar ke dalam kabin.

Benturan keras itu mendorong keduanya lebih jauh hingga masuk ke gerbong yang dipenuhi penumpang. Saat masih melayang di udara, Sakamoto melayangkan tendangan ke arah Kashima, membuatnya terpelanting.

Kashima kemudian menancapkan sembilan pedang di tangan kirinya ke lantai kereta, menghentikan dorongan kuat yang hampir membuatnya terlempar semakin jauh, hingga akhirnya ia berhasil menahan tubuhnya dan berjongkok dengan stabil.

Kashima berjongkok dengan ekspresi serius, sementara para penumpang menatapnya dengan campuran keheranan dan ketakutan. Saat itu, Kashima mulai memahami alasan bosnya, Slur, menyukai Sakamoto. Selain petarung ulung, Sakamoto mahir memanfaatkan benda sederhana sebagai senjata mematikan serta cerdik memanfaatkan situasi sekelilingnya, menjadikannya pembunuh bayaran terhebat.

Kashima kemudian bertanya-tanya di mana Sakamoto bersembunyi di tengah banyaknya penumpang. Tanpa ia sadari, Sakamoto justru berdiri di dekat pintu kereta, dalam wujud kurus yang tak dikenalnya, tepat di sampingnya. Seketika, Sakamoto melayangkan tendangan keras ke wajah Kashima hingga kepalanya membentur kaca jendela kereta.

Sakamoto lalu berkata dengan tenang bahwa ia tidak khawatir akan membunuh Kashima. Baginya, itu bukan masalah, karena Kashima abadi. Justru, hal itu memberinya kesempatan untuk menyiksa Kashima sepuasnya—secara brutal.

6. Pertemuan Kashima Dengan Slur

Kashima teringat saat dirinya dipersekusi dan dikelilingi massa karena telah menghabisi beberapa orang yang melukai kucing liar. Bagi Kashima, tidak masalah memusnahkan orang jahat. Namun, dalam hatinya, ia heran—mengapa dirinya yang selalu berbuat baik untuk orang lain justru tidak ada yang memahaminya?

Tiba-tiba, Uzuki alias Slur muncul dan menghabisi seluruh massa di tempat itu. Ia menghampiri Kashima dan menyebutnya sebagai orang baik. Bagi Uzuki, jarang sekali menemukan seseorang yang bersedia mengotori tangannya demi orang lain. Ia lalu memberi tahu Kashima bahwa kejahatan diperlukan demi keadilan yang lebih mulia.

Kashima duduk dengan lutut ditekuk dan tubuh condong ke depan, merenungkan bahwa semua orang takut padanya. Uzuki kemudian mengoleskan darah di tangannya dan mengukir tanda X di mulut Kashima. Ia mengajak Kashima menjadi pengikutnya dan berjanji akan menerimanya seutuhnya.

Kembali ke momen ini, demi keadilan dan impian yang didambakan Slur, Kashima bertekad melenyapkan siapa pun yang menghalanginya.