3. Shin & Mashimo Kalahkan Seba

Saat Seba menginjak tangan Mashimo yang masih menggenggam senapan, Mashimo menarik pelatuknya. Peluru tersebut mengenai bangunan dan memantul ke berbagai arah hingga akhirnya menembus lengan Seba.

Mashimo berusaha bangkit dengan senapannya, tetapi Seba bergerak cepat dan menusukkan pisau ke perutnya, membuat Mashimo kembali jatuh. Seba kemudian menendang semua peluru cadangan Mashimo, memastikan ia tak bisa lagi menyerang.

Seba heran mengapa Mashimo rela bertarung sejauh ini demi orang lain. Mashimo yang terbaring menjawab bahwa Sakamoto, Shin, dan Shaotang pernah menyebutnya sebagai sniper kelas atas, dan ia tidak ingin anggapan itu menjadi kebohongan. Tiba-tiba, Mashimo berteriak memanggil Shin. Di saat yang sama, Piisuke terbang di atasnya dan menjatuhkan satu peluru. Mashimo segera bangkit dan, tanpa ragu, menembakkan senapannya ke arah Seba.

Seba merasa lega dan mengejek Mashimo karena tembakannya meleset. Namun, tanpa disadari, peluru Mashimo telah memantul dan mengenai sprinkler di atas Seba. Air langsung menyembur deras, membasahi Seba yang berada di bawahnya dan membuatnya kembali terlihat, menonaktifkan wujud transparannya.

Di saat yang sama, Shin melompat dari belakang Seba, mengaitkan kedua kakinya ke kepala lawannya. Dengan gerakan cepat, ia memutar tubuhnya di udara dan menggunakan momentum untuk membanting Seba ke lantai dengan teknik hurricanrana khas ala Rey Mysterio. Shin berkata kepada Seba bahwa ia akan lebih unggul jika sejak awal Seba berani bertarung dalam wujud yang terlihat. Seba tampak lemas dan akhirnya pingsan.

Mashimo kemudian menyanjung Shin karena berhasil membaca pikirannya dengan sempurna—mulai dari menembak sprinkler, membuat Seba terkena air yang menonaktifkan kemampuan transparannya, hingga Shin yang langsung memanfaatkannya untuk menyerang.

4. Keterampilan Sakamoto

Berada di terowongan rel kereta api bawah tanah, Kashima memberi tahu Sakamoto bahwa anggotanya telah menyiapkan sistem peledakan laboratorium otomatis, yang kini telah diaktifkan setelah mereka terciduk melakukan penelitian dengan memaksa ilmuwan demi menghilangkan barang bukti.

Meski Kashima menyayangkan bahwa penelitian tersebut sudah berjalan jauh, ia tetap merelakannya dan mengungkapkan bahwa dalam 20 menit lagi, laboratorium itu akan runtuh. Sakamoto menegaskan bahwa ia hanya butuh 5 menit untuk menghabisi Kashima. Terprovokasi, Kashima menyerang dengan sembilan pedang di tangannya, namun Sakamoto berhasil menghindar.

Kashima kemudian membandingkan tubuhnya dengan Sakamoto, yang ia hina sebagai gendut seperti babi. Ia mengungkapkan bahwa tubuhnya telah menjadi cyborg berkat teknologi sains dari laboratorium, dengan 70 persen bagian tubuhnya diubah menjadi senjata. Sakamoto dengan santai memberi tahu Kashima bahwa ia juga memiliki senjata, lalu memamerkan pensil mekanik, stiker diskon, dan pamflet toserba.

Kashima menertawakan lelucon Sakamoto dan menembakkan senjata peledak di tangannya berulang kali, tetapi semuanya berhasil dihindari oleh Sakamoto. Sakamoto kemudian terus menekan pensil mekaniknya hingga batang grafitnya memanjang, lalu melontarkan ujungnya tepat ke mata Kashima yang hendak menyerang. Mata kiri Kashima pun memerah dan untuk sementara tidak bisa melihat.

Namun, Kashima menegaskan bahwa satu mata sudah cukup untuk menghadapi Sakamoto. Mendengar itu, Sakamoto langsung melemparkan stiker diskon ke mata kanan Kashima, membuatnya sama sekali tidak bisa melihat. Dalam sekejap, Sakamoto sudah berada di belakang Kashima dan menghantam wajahnya dengan ikat pinggang, membuatnya terlempar hingga menabrak dinding.

Sakamoto lalu berkata bahwa pembunuh bayaran yang terlalu bergantung pada senjata hanyalah seorang amatir. Kashima bangkit dan menegaskan bahwa jika Sakamoto tidak bisa mengalahkannya, maka ia lebih rendah dari seorang amatir. Sakamoto memperhatikan kondisi Kashima dengan saksama, lalu bertanya, “Apakah kau abadi?” Kashima tertawa dan mengakui bahwa ia sendiri pun bingung bagaimana cara agar bisa mati.