5. Masa Lalu Wutang

Wutang teringat masa lalunya, saat ia masih bocah dan dikeroyok oleh tiga anak di sebuah gang sempit. Mereka menghajarnya karena Wutang telah merendahkan mereka dengan menyombongkan kecerdasan otaknya. Tiga bocah itu meyakini bahwa kekuatan fisik adalah segalanya di dunia mafia, dan orang selemah Wutang takkan dibutuhkan di Klan Lu.

Namun, tiba-tiba Shaotang menendang salah satu bocah, membuat mereka bertiga ketakutan dan lari terbirit-birit. Mereka tak ingin berurusan dengan putri pimpinan Klan Lu.

Saat itu, Wutang berusia 11 tahun, sedangkan Shaotang baru 8 tahun. Mereka duduk berdua di atas bangunan yang masih dalam tahap konstruksi. Shaotang menatapnya dengan heran dan bertanya, Kenapa kau diam saja saat dipukuli? Dengan alasan yang terdengar agak dipaksakan, Wutang menjawab bahwa ia sengaja mengalah. Ia ingin membiarkan mereka merasa menang sekarang, hanya agar bisa memberi mereka rasa sakit yang lebih besar di lain waktu.

Shaotang lalu memberitahu Wutang tentang ajaran ayahnya—bahwa setiap orang memiliki satu senjata unik yang berbeda dari orang lain. Ia menegaskan bahwa senjata Wutang bukanlah fisik yang kuat, melainkan kecerdasan otaknya.

Mendengar hal itu, hari demi hari Wutang mulai mengalihkan fokusnya. Ia tak lagi meratapi kelemahannya, melainkan berusaha mengasah kelebihannya. Sejak saat itu, ia bertekad untuk menjadi pantas berdiri di sisi Shaotang, yang kelak akan menjadi penerus pimpinan Klan Lu. Berkat kecerdasannya, akhirnya Wutang dijuluki dan diakui sebagai otak organisasi Klan Lu.

Kini, kembali ke masa sekarang, Wutang sadar bahwa ia memiliki banyak utang budi kepada Klan Lu. Dengan tekad yang membara, ia bersumpah akan melenyapkan siapa pun yang berani mengusik kedamaian Shaotang, putri dari mendiang pimpinan Klan Lu.

6. Bermain Kartu Setan

Wutang dan Tim Sakamoto menghitung hasil chip dari kemenangan mereka bermain judi di kasino. Hasilnya, mereka sama-sama mengumpulkan chip sebanyak 87.630. Karena imbang, Wutang menantang Tim Sakamoto untuk bermain poker. Namun, Sakamoto dan Shin mengaku tidak tahu aturan bermain poker. Wutang tampak jengkel dan bertanya-tanya sebenarnya permainan judi apa yang mereka bisa mainkan.

Akhirnya, Wutang memutuskan untuk bermain Kartu Setan. Sakamoto, Shin, Shaotang, Wutang, Ijun, dan Wawan duduk di sebuah meja untuk bermain. Mereka masing-masing memiliki enam kartu di tangan dan akan saling mengambil satu kartu dari peserta lain secara bergantian. Orang terakhir yang mendapatkan kartu joker akan kalah.

Shin terkejut melihat raut wajah Shaotang yang menangis dan yakin bahwa kartu joker ada padanya. Wutang memulai permainan dengan memilah enam kartu di tangan Shaotang. Ia tidak mengambil kartu yang membuat Shaotang menangis, melainkan memilih kartu yang membuatnya senang. Ternyata, Wutang sengaja merebut kartu joker dari Shaotang.

Wutang kemudian mempersilakan Shin mengambil enam kartu di tangannya. Ia menantang kemampuan esper Shin yang mampu membaca pikiran. Saat Shin mencoba membaca pikiran Wutang, otaknya mengalami overload karena terkena banjir arus informasi, dan akhirnya ia pingsan.

Wutang pun membenarkan dugaannya bahwa Shin hanya mampu membaca pikiran sadar yang diverbalkan, alias hanya jika seseorang berkata dalam hati. Oleh sebab itu, saat Wutang mengaktifkan mode alam bawah sadarnya, Shin kewalahan.

Ijun kemudian menyuruh Sakamoto mengambil kartunya. Sakamoto mengambil satu kartu, tetapi saat melihat bahwa itu adalah joker, tangannya bergerak cepat untuk mengembalikan kartu ke Ijun dan mengambil kartu lain tanpa disadari oleh Ijun, berkat kecepatan tangannya yang luar biasa. Wutang menyadari aksi Sakamoto tetapi tak bisa membuktikannya. Namun, ia mengancam akan mendiskualifikasi Sakamoto jika melihat tanda-tanda kecurangan sekali lagi.

Pada akhirnya, peserta yang tersisa hanyalah Wutang dan Sakamoto. Wutang memiliki satu kartu tersisa dan bertugas mengambil salah satu dari dua kartu di tangan Sakamoto. Wutang kemudian memuji poker face Sakamoto. Namun, Sakamoto tidak membiarkan Wutang begitu saja memilih kartu As dan mengabaikan kartu Joker. Sakamoto lalu menggenggam erat kartu as, memaksa Wutang mengeluarkan tenaga ekstra untuk merebutnya.

Saat Wutang menggunakan kedua tangannya untuk merebut kartu dari Sakamoto dan kedua kakinya untuk menekan lutut lawannya, ia mengerahkan seluruh tenaganya. Namun, di saat yang sama, Sakamoto dengan gesit menukar kartu As yang dipilih Wutang dengan kartu Joker sebelum melepaskan pegangannya. Akibatnya, Wutang terpental ke belakang. Terkejut mendapati kartu Joker di tangannya, ia segera menuduh Sakamoto telah menukarnya.