5. Sakamoto Tolong Yutaro

Sakamoto yang mendengar keributan di belakangnya memukulkan bola pingpong tanpa menoleh. Bola itu tepat mengenai kepala Panjul, membuatnya terpental dan pingsan. Arul, yang panik, langsung mencengkeram pipi Yutaro dan menuntut penjelasan tentang apa yang telah ia perbuat terhadap Panjul.

Namun, Sakamoto dengan santai melempar stik es krim ke arah Arul. Stik itu mengenai bajunya, membuatnya terlempar menabrak kulkas. Arul tergantung di sana, lalu pingsan dengan stik tertancap di kaca kulkas.

Yutaro mendekati Sakamoto dengan rasa bersalah dan bertanya apakah Sakamoto sudah menyadari bahwa ia sempat berusaha membunuhnya. Sakamoto dengan tenang menjawab, Sento milikmu sangat bagus dan inovatif. Setelah itu, ia pun melangkah pergi bersama keluarganya.

Mendengar pujian itu, Yutaro tersenyum. Sudah lama ia tidak mendapat pengakuan dari orang lain—terlebih dari seorang mantan pembunuh legendaris seperti Sakamoto. Perasaan senang pun menyelimuti dirinya.

Tanpa ragu, Yutaro segera menelepon ayahnya. Ia mengaku bersedia mewarisi sento dan berhenti menjadi pembunuh bayaran karena sadar bahwa jalan itu bukan untuknya. Namun, jawaban sang ayah membuatnya terkejut. ‘Apa? Tidak boleh? Sekarang sudah terlambat?’ tanyanya dengan keheranan.

6. Lu Wutang

Di sebuah restoran, Sakamoto, Shin, dan Shaotang duduk bersantai sambil menyantap makanan. Saat mendengar Shaotang bercerita bahwa sejak kecil makanannya selalu disiapkan oleh koki, Shin tersadar bahwa Shaotang adalah putri dari bos mafia. Ia pun penasaran apakah selama di Jepang, Shaotang tidak pernah menghubungi keluarganya di Tiongkok.

Shaotang mengaku betah menjalani hidup santai di Jepang karena sejak awal ia tidak menyukai dunia mafia dan tidak berminat kembali ke dalamnya. Sakamoto mengangguk setuju.

Tiba-tiba, dua mafia Tiongkok muncul di belakang Shin dan Sakamoto. Junaidi menodongkan pistol ke kepala Shin, sementara Wutang melakukan hal yang sama kepada Sakamoto. Namun, saat Wutang menarik pelatuk, Sakamoto dengan sigap menangkap pelurunya menggunakan garpu, menghentikan tembakan dalam sekejap. Shin pun segera merebut pistol Junaidi dan menyikut wajahnya hingga terjatuh.

Sakamoto meraih bahu Wutang, yang berdiri di belakangnya, lalu membantingnya ke meja makan. Tanpa sengaja, tubuh Wutang menekan bel pemanggil pelayan. Atun, seorang pelayan, segera menghampiri dan bertanya apakah Sakamoto ingin memesan sesuatu. Dengan tenang, Sakamoto menjawab, “Soda melon.”

Shaotang, yang melihat Wutang terbaring di meja makan mereka, segera mengenalinya. Ia terkejut mengetahui bahwa Wutang masih hidup. Wutang pun segera bangkit, duduk di atas meja makan, lalu berkata, “Sudah lama tidak bertemu, Nona Shaotang.”