3. Masa Lalu Shin
Bermula saat teman lamanya, Ando, menitipkan Shin yang masih bocah kepada Asakura, lalu menghilang tanpa pernah kembali.
Suatu malam, Shin penasaran dengan apa yang sedang dikerjakan Asakura di depan komputer. Asakura menjelaskan bahwa ia tengah meneliti batas perkembangan aktivitas otak, yang intinya berkaitan dengan kekuatan psikis. Dengan penuh antusiasme, ia meyakini bahwa jika penelitiannya berhasil, potensi tak terbatas akan terbuka bagi umat manusia, membawa kebahagiaan bagi semua orang di dunia. Shin terkesan mendengarnya.
Di laboratorium, dua ilmuwan membicarakan Asakura yang berjalan melewati mereka dengan penampilan kumal. Mereka prihatin dengan penelitiannya, yang mereka anggap pasti akan gagal. Mendengar hal itu, Shin menegur mereka, meminta agar tidak sembarangan menyebut penelitian Asakura sebagai kegagalan.
Shin menegaskan bahwa Asakura bekerja keras untuk membuat semua orang di dunia bahagia. Asakura yang mendengar hal itu tertegun, tak menyangka bahwa Shin mengingat dan mempercayai perkataannya.
Malam harinya, Asakura menggunakan mikroskop untuk mengamati partikel dalam cairan eksperimental di dalam labu Erlenmeyer. Melihat hasilnya, ia sangat antusias, lalu segera mengambil catatan penelitiannya yang terdahulu. Dengan penuh keyakinan, ia menyimpulkan bahwa penelitiannya telah berhasil.
Sementara itu, Shin yang terbangun karena merasa haus berjalan ke ruang kerja Asakura. Tanpa sengaja, ia meminum cairan dalam labu Erlenmeyer. Asakura terkejut melihat tindakan Shin dan segera menanyakan apakah ia baik-baik saja.
Keesokan harinya, saat Asakura sedang memandikan Shin, ia berkata dalam hati bahwa tidak ada perubahan apa pun pada bocah itu. Ia pun menganggap penelitiannya kembali gagal, meski merasa bersyukur karena Shin baik-baik saja. Namun, tiba-tiba, Shin memberitahu Asakura bahwa ia sebenarnya tidak baik-baik saja. Asakura terkejut, karena Shin baru saja membaca isi pikirannya.
Sejak saat itu, Shin mengejutkan seluruh ilmuwan di laboratorium. Ia dengan terang-terangan mengungkapkan isi pikiran semua orang di sana, membuat banyak dari mereka merasa malu. Akibatnya, Shin mulai dijauhi dan tidak diajak bermain lagi. Heran dengan perubahan sikap mereka, ia membaca pikiran mereka dan mengetahui bahwa mereka menganggap kekuatannya merepotkan sekaligus menakutkan. Shin terkejut.
Menyadari situasi yang dialami Shin, Asakura segera menyiapkan cairan eksperimen dalam tabung reaksi untuk menyembuhkan bocah itu agar kembali normal. Namun, Shin menolak. Ia mempertanyakan apakah Asakura tidak senang karena penelitiannya telah berhasil.
Asakura memegangi pundak Shin dan berkata dalam hati, meminta maaf karena telah melibatkan bocah itu dalam penelitian bodohnya. Namun, Shin membantah dan mengatakan bahwa penelitian Asakura tidak bodoh. Dengan wajah kesal, ia pergi meninggalkan laboratorium dan tidak pernah kembali.
4. Shaotang Tantang Asakura Buktikan Ucapannya
Shaotang dan Tanaka menitikkan air mata, terharu mendengar kisah masa lalu Shin dari Asakura. Sebagai seseorang yang setiap hari bekerja dengan Shin, Shaotang meyakinkan Asakura bahwa ia percaya Shin sebenarnya tidak mempermasalahkan bakat esper yang dimilikinya. Justru, Shin sangat menyukainya. Bahkan, Shaotang mengaku iri karena Shin bisa membaca pikiran Sakamoto, yang terkenal pendiam.
Shaotang kemudian mengajak Asakura untuk meminta maaf bersama, karena ia sendiri sedang bertengkar dengan Shin. Namun, ia ingin menaati aturan keluarga Sakamoto nomor 11: tidak boleh bertengkar terlalu lama—harus segera berbaikan. Mendengar hal itu, Asakura terkejut dan menyadari betapa bodohnya dirinya yang belum juga berdamai dengan Shin.
Dengan cepat, Asakura menuangkan cairan eksperimen dari tabung reaksi ke jeruji besi, melelehkannya hingga mereka bisa membuka pintu penjara. Shaotang heran dan bertanya mengapa Asakura tidak kabur sejak dulu. Asakura mengaku lebih memilih tetap dipenjara daripada membantu penelitian Kashima.
Tiba-tiba, seorang prajurit berseragam hazmat datang memeriksa sel dan menemukan Tanaka serta Asakura membuka pintu. Namun, sebelum sempat bereaksi, Shaotang yang sudah bergelantungan di atas pintu sel langsung melayangkan tendangan keras, membuat prajurit itu pingsan seketika.
Shaotang kemudian menantang Asakura untuk membuktikan ucapannya bahwa Shin menganggap bakat espernya sebagai anugerah. Asakura terkejut melihat betapa yakinnya Shaotang.