9. Sakamoto Puji Mashimo
Tim Sakamoto berhasil memenangkan kejuaraan turnamen paintball dengan hadiah sebesar 108 juta rupiah.
Di senja hari, Mashimo menangis di hadapan Shaotang, Shin, dan Sakamoto. Ia mengaku telah gagal sebagai penembak jitu dan menganggap dirinya lemah. Sakamoto kemudian meyakinkannya bahwa dari semua lawan yang pernah ia hadapi, Mashimo adalah sniper terhebat yang pernah ia temui.
Mendengar itu, Mashimo tersipu malu dan terharu karena ada seseorang yang mengakui bakatnya. Namun, ia tetap berkata bahwa ia tidak akan merasa senang hanya karena dipuji, meski wajahnya tampak malu-malu.
Mashimo terlihat bersemangat saat melihat Shin hendak memberinya hadiah dari uang kejuaraan. Namun, ia terkejut ketika hanya menerima lima ribu rupiah. Sementara itu, Shin, Sakamoto, dan Shaotang melangkah pergi meninggalkannya.
Shin menjelaskan bahwa peluru memantul milik Mashimo telah merusak bangunan di kota, sehingga uang hadiah mereka terpaksa digunakan untuk biaya ganti rugi. Mashimo pun terkejut, tetapi akhirnya menerima kenyataan bahwa ia memang pantas hanya mendapatkan lima ribu rupiah.
10. Cerita Cinta Sakamoto & Aoi
Di toserba, Aoi memandangi piala turnamen paintball, tetapi ia menyayangkan uang hadiah yang langsung habis. Sakamoto meminta maaf, namun Aoi tak mempermasalahkannya karena yang terpenting adalah keselamatan Sakamoto, terutama dengan adanya dinding kaca anti peluru di toserba.
Shin penasaran bagaimana Sakamoto dan Aoi pertama kali bertemu. Ia tak bisa membayangkan bagaimana Sakamoto memulai PDKT. Dalam kilas balik, diperlihatkan Sakamoto yang sedang berbelanja di minimarket. Mendadak, ia terpikat saat melihat Aoi, sang kasir, tersenyum manis kepadanya. Hatinya berdebar kencang, hingga tingkahnya menjadi kikuk saat hendak membayar tagihan.
Aoi menyadari ada darah di bagian dada baju Sakamoto dan segera berlari pergi. Ketika Sakamoto keluar dari minimarket, Aoi menghampirinya dan menyerahkan plester. Saat itu, Sakamoto melihat Aoi seolah bercahaya dengan wajah manisnya. Jantungnya serasa meledak, dan wajahnya memerah.
Shin, yang menyaksikan romansa itu melalui bakat espernya, merinding melihat betapa indahnya kisah cinta versi Aoi. Tiba-tiba, ia mendeteksi niat Sakamoto yang seolah ingin menusukkan pisau ke lehernya. Namun, itu hanya niatan dalam pikiran Sakamoto dan tidak benar-benar terjadi.
Sakamoto, yang sebelumnya duduk di kasir, tiba-tiba berdiri di samping Shin dan langsung menegurnya agar berhenti membaca pikiran Aoi. Shin, yang ketakutan, pun segera mengangguk patuh.