5. Mashimo Beraksi Untuk Menghabisi Sakamoto

Mashimo langsung mengangkat senapan, membidik Sakamoto. Sontak, Sakamoto dan Shin pun mengarahkan pistol mereka ke Mashimo. Ketiganya saling menodong, menciptakan pemandangan dramatis yang membuat penonton mengira tim mereka pecah.

Namun, tiba-tiba, tim Pangkas Rambut yang berdiri di atas bangunan mulai menembaki mereka. Sakamoto, Shin, dan Mashimo segera berpencar untuk menghindari serangan. Tak butuh waktu lama, Sakamoto dan Shin berhasil membalas tembakan dan melumpuhkan tim Pangkas Rambut.

Di tengah kekacauan, Mashimo bersiul. Piisuke segera datang dan menyerahkan senapan asli kepadanya. Tanpa ragu, Mashimo menembakkannya ke arah Sakamoto. Namun, dengan refleks luar biasa, Sakamoto menepis peluru dengan tangannya, meski sedikit terluka.

Shin dan Sakamoto terkesan melihat kuda-kuda Mashimo serta akurasi tembakannya yang sangat tepat dari jarak cukup jauh. Saat Shin hendak mengejar Mashimo yang melarikan diri, Sakamoto menghentikannya—mereka kini dikepung puluhan peserta yang sudah membidikkan pistol ke arah mereka.

Sementara itu, Mashimo berlarian dengan Piisuke yang setia mengiringinya. Seolah memahami kicauan burungnya, Mashimo membantah bahwa ia menangis. Namun, air mata dan ingus yang membanjiri wajahnya berkata lain.

Dengan nada bersikeras, Mashimo menegaskan bahwa ia tidak sedang bersedih, karena Sakamoto tetaplah musuhnya. Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa menghabisi Sakamoto adalah satu-satunya cara untuk meningkatkan reputasinya di dunia freelancer pembunuh bayaran.

6. Mashimo Sang Sniper

Sakamoto memberi tahu Shin untuk selalu waspada saat berhadapan dengan sniper, meskipun situasi tampak aman. Ia menekankan bahwa hal pertama yang harus dilakukan adalah menemukan lokasi musuh tanpa membiarkan posisi mereka terdeteksi.

Saat mengamati keadaan sambil bersembunyi di balik bangunan, Sakamoto tiba-tiba terkejut. Peluru yang ditembakkan Mashimo mengenai cermin, lalu memantul dan menyayat bahunya. Sementara itu, Shin masih belum mengetahui posisi Mashimo dan justru heran mengapa posisi mereka yang lebih dulu terungkap.

Di atap gedung, Mashimo mendengar percakapan Sakamoto dan Shin melalui radio tim, yang terhubung ke earpiece dan mikrofon di telinga mereka. Mashimo memuji Sakamoto dan Shin karena berhasil menghindari tembakannya.

Sakamoto kemudian menjelaskan kepada Shin bahwa peluru yang digunakan Mashimo berputar secara tidak wajar dan menduga bahwa peluru itu memang didesain khusus untuk memantul. Mashimo pun mengakui kehebatan Sakamoto yang mampu memahami cara kerja peluru tersebut. Ia menjelaskan bahwa peluru itu disebut “peluru tiga pantulan,” yang dirancang agar lintasan tembakannya sulit ditebak.

Shin menyinggung Mashimo yang sudah menganggap mereka sebagai teman, tetapi tetap bersemangat ingin membunuh mereka. Mashimo menegaskan agar Shin tidak naif—mereka tetaplah pembunuh bayaran, meski telah berteman.

Dengan penuh percaya diri, Mashimo mengamati mereka melalui scope senapannya. Baginya, hasil tembakannya hanya ada dua kemungkinan: tepat sasaran atau meleset. Tanpa ragu, ia menembakkan peluru bertubi-tubi, memaksa Shin dan Sakamoto berlari serta berjuang keras untuk menghindarinya.