3. Turnamen Paintball
Keesokan harinya, Sakamoto dan Shin terkejut saat menemukan Mashimo berada di lokasi turnamen paintball. Mashimo merengek dan menangis di hadapan panitia, memohon agar diterima sebagai peserta. Namun, panitia hanya mengizinkan tim dengan anggota minimal dua orang dan maksimal lima orang.
Saat Shaotang yang sedang mabuk menyapa Piisuke dari tribun penonton, Mashimo spontan menoleh. Begitu melihat mereka, ia berlari menghampiri tim Sakamoto dan langsung berlutut di kaki Shin, memohon untuk diizinkan bergabung. Alhasil, Mashimo pun resmi menjadi bagian dari tim. Sakamoto dan Shin sempat merasa sedih, mengira Mashimo hanya akan menjadi beban.
Pemandu acara mengumumkan bahwa turnamen paintball ini diadakan oleh Mall Ikoraizaka dengan peluru cat. Seluruh pusat perbelanjaan dijadikan medan tempur, dan siapa pun yang terkena tembakan akan langsung dinyatakan kalah. Selain untuk memperebutkan hadiah, acara ini juga bertujuan membersihkan pusat perbelanjaan dari peluru cat yang berserakan.
4. Shaotang Bocorkan Sakamoto Ke Mashimo
Saat turnamen dimulai, Mashimo membidik dari tengah, tepat di belakang Sakamoto dan Shin, dengan ujung senapannya berada di antara bahu mereka. Dengan presisi luar biasa, ia berhasil menembak empat lawan yang sedang bersembunyi sekaligus, membuat tim Sakamoto memimpin dalam perolehan poin. Shin kemudian menyusul dengan menembak dua lawan lainnya dengan tepat sasaran.
Tiba-tiba, dua lawan berusaha menyerang Sakamoto dari belakang. Namun, dengan aksi memukau, Sakamoto merebut pistol mereka berdua dan langsung menembakkan peluru cat ke arah mereka, membuat keduanya tersingkir. Sembari memutar pistol di jarinya, Sakamoto bertekad memenangkan turnamen ini demi memasang kaca anti peluru di toserbanya serta menambah variasi Pop Mie.
Mashimo menangis haru. Dalam hatinya, ia merasa senang akhirnya memiliki rekan yang bisa dipercaya. Sementara itu, Shin yang membaca pikiran Mashimo hanya bisa merasa heran—baginya, konyol sekali bahwa Mashimo sudah menganggap mereka sebagai rekan begitu cepat.
Shaotang, yang sedang mabuk di tribun penonton sambil memegang minuman beralkohol, berteriak menyanjung Sakamoto sebagai pembunuh legendaris yang hebat. Mendengar itu, Mashimo tertegun. Ia menatap foto Sakamoto yang menjadi target buruannya dan yakin bahwa rekan setimnya yang bertubuh gendut bukanlah orang yang ia cari.
Namun, Shaotang menghampirinya dan menegaskan bahwa pria di foto itu memang Sakamoto—hanya saja, kini tubuhnya telah berubah. Ia menyuruh Mashimo memperhatikan gaya rambut dan kacamata Sakamoto, yang tetap sama persis, baik saat masih kurus maupun setelah menjadi gendut.