9. Harta Berharga Untuk Shaotang
Setelah Shaotang membuka pintu brankas, ruangan tersebut memperlihatkan berbagai jenis harta berharga: buku, perhiasan emas, barang antik, hingga koleksi bernilai tinggi lainnya. Kepala keluarga klan Lu memiliki tradisi untuk meninggalkan benda paling berharganya di ruangan ini, yang berbeda-beda bagi setiap generasi.
Sakamoto, dengan rasa penasaran, mencoba mengenakan topi dinasti Qing dari dalam brankas. Ia terlihat seperti vampir di film horor China, membuatnya tampak lucu dan mengundang keinginan untuk menempelkan jimat kertas di dahinya.
Shaotang kemudian menemukan harta berharga peninggalan ayahnya berupa sebuah botol sake yang disertai surat. Dalam surat itu, ayahnya menulis harapan untuk meminum sake tersebut bersama Shaotang saat ia sudah cukup umur.
Shaotang merasa terharu dan menyebut sake itu sebagai yang paling enak di dunia. Sebagai tanda terima kasih, ia berbagi sake itu dengan Sakamoto dan Shin. Mereka meminumnya bersama sambil menikmati bakpao kayangan yang sebelumnya rusak.
10. Sakamoto Menjadi Borunan
Berita di televisi melaporkan dugaan adanya perseteruan sengit antar anggota mafia di Pecinan Nikita. Polisi terlihat sedang melakukan olah TKP di atap restoran yang mengalami kerusakan parah akibat pertarungan antara Sakamoto dan Bacho.
Sementara itu, di toserba milik Sakamoto, Shaotang terlihat mengenakan celemek seragam karyawan. Shin terkejut melihat Shaotang, yang memiliki harta pusaka segunung, memilih untuk bekerja. Namun, Shaotang dengan santai menjelaskan bahwa ia ingin bertugas membuat bakpao roti babi, karena harta pusaka tidak bisa begitu saja digunakan dengan mudah.
Shin kemudian memberitahu Sakamoto bahwa ia telah menggunakan bakat espernya untuk mengintip pikiran Sakamoto dan mengetahui alasan Sakamoto berhenti menjadi pembunuh bayaran. Sakamoto tersenyum dan berkata bahwa Shin kini sudah dianggap sebagai bagian dari keluarganya.
Sakamoto lalu memberikan buku berisi aturan keluarga Sakamoto kepada Shin dan menekankan aturan pertama: tidak boleh membunuh orang. Sakamoto memperingatkan bahwa jika Shin melanggar aturan itu, ia sendiri yang akan menghabisinya.
Sementara itu, sekelompok mafia mengadakan rapat setelah menerima amplop dari organisasi JAA. Di dalamnya terdapat data tentang Sakamoto dan Shin. Dari informasi tersebut, mereka mengetahui bahwa Sakamoto telah menjadi target buruan dengan harga 108 miliar rupiah bagi siapa saja yang berhasil menghabisinya.