9. Perbedaan Evil Eye & Okarun
Nenek Turbo mengajak Okarun dan Aira memasuki ruang musik. Di sana, Okarun dan Aira memperhatikan foto-foto para komponis klasik terkenal yang terpajang di dinding. Nenek Turbo kemudian duduk di depan piano, menekan tuts, dan memainkan beberapa ketukan dengan ritme monoton. Setiap kali bunyi ketukan tempo terdengar, Okarun melompat dan mendarat sesuai perintahnya.
Nenek Turbo menjelaskan bahwa ketika Okarun hanya mampu melakukan dua gerakan—melompat dan mendarat—dalam satu ketukan tempo, Evil Eye justru bisa melakukan empat gerakan sekaligus. Bahkan, jika serangan bola energi negatif dan rumah kutukan ikut dihitung, Evil Eye sanggup melakukan sepuluh gerakan dalam satu ketukan, seolah-olah ia memainkan nada-nada pecahan yang jauh lebih rapat dalam irama yang sama.
Mendengar itu, Okarun menyimpulkan bahwa Evil Eye jauh lebih cepat dibanding Nenek Turbo. Namun, Nenek Turbo langsung membentaknya, menegaskan bahwa pemikiran Okarun keliru. Menurutnya, ia seribu juta kali lebih cepat daripada Evil Eye. Nenek Turbo lalu menjelaskan maksud ucapannya. Yang terpenting bukanlah sekadar kecepatan, melainkan teknik.
Sambil memegang metronom, Nenek Turbo mengatakan bahwa gerakan Okarun selama ini terlalu monoton, seperti ritme yang datar. Intinya, seberapa banyak ketukan yang bisa dimasukkan dalam satu tempo—atau dengan kata lain, seberapa banyak tindakan yang bisa dilakukan dalam satu momen—itulah yang menentukan kemenangan dalam pertempuran.
10. Hantu Orkestra
Tiba-tiba, muncul hantu yang memainkan piano, disusul alunan musik orkestra bising yang memaksa Aira dan Okarun menutup telinga mereka rapat-rapat. Nenek Turbo, seolah sudah menantikan hal itu, bergumam, “Akhirnya datang juga.”
Tak lama kemudian, enam hantu melayang di hadapan mereka, masing-masing memegang alat musik: klarinet, biola, baton, piano, cello, dan terompet. Dengan suara bergema, para hantu bertanya, siapa yang berani memainkan musik kotor sebelumnya.