7. Menjenguk Ortu

Keesokan harinya, mereka menaiki mobil menuju rumah sakit untuk menjenguk orang tua Jiji. Manjiro mengemudi, sementara Seiko duduk di sampingnya. Di barisan kursi nomor dua, Jiji duduk bersama kepala Taro. Di barisan ketiga, ada Okarun dan Momo.

Sesampainya di rumah sakit, Jiji menangis haru saat melihat kedua orang tuanya yang sudah mulai sehat dan kini berdiri di hadapannya. Dari kejauhan, di balik pintu, Momo, Okarun, dan kepala Taro mengintip Jiji yang tengah bersama orang tuanya. Momo lalu menyuruh Taro untuk menggerakkan tubuh, karena Jiji tak bisa mengendalikan badannya sendiri—dari bahu hingga ujung kaki—karena masih terbungkus tubuh Taro.

Namun, saat Taro mencoba menggerakkan tubuhnya, Jiji malah terlihat berjoget aneh di depan kedua orang tuanya. Momen haru pun rusak seketika, karena ibu dan ayah Jiji terkejut melihat tingkah anak mereka yang tiba-tiba menari-nari tanpa kendali.

8. Nasib Keluarga Kito

Berita di televisi mengabarkan bahwa kebakaran hutan akibat letusan gunung di Desa Byakuja sudah mereda. Tak lama kemudian, berita berganti menampilkan keluarga Kito yang ditangkap polisi atas tuduhan pembunuhan dan penculikan. Sementara itu, Naki Kito—yang menjadi tersangka utama dan usianya tidak diketahui—masih berstatus buron.

Sejumlah polisi terlihat tengah melacak keberadaan Naki di sebuah hutan. Naki sendiri bersembunyi di balik batang pohon. Ia akhirnya berhasil melarikan diri tanpa diketahui oleh polisi. Dalam kondisi tubuh yang tampak lemah, Naki menyayangkan kematian Tsuchinoko, makhluk yang telah ia rawat selama 200 tahun.

Diliputi amarah, Naki merobohkan pohon untuk melampiaskan emosinya, lalu bersumpah takkan memaafkan Momo. Ia kemudian berubah ke wujud aslinya—sesosok monster semut—dan menyatakan bahwa Momo kini telah menjadikan manusia bawah tanah sebagai musuhnya.