3. Level Max
Setelah berhasil mengatasi bek yang muncul secara acak, membaca jalur bola, dan menyesuaikan posisinya dengan kiper, Isagi berhasil mencetak total 48 gol. Kini, tersisa 52 gol lagi yang harus ia cetak untuk menuntaskan tugasnya. Namun, saat ujian tahap pertama naik ke level maksimal, Isagi gagal membidik bola yang dilemparkan oleh mesin pelontar, hingga akhirnya ia terjatuh.
Di ruang kontrol, Ego menjelaskan kepada Anri bahwa di level maksimal, situasinya serupa dengan pertandingan sungguhan. Bola akan datang dengan cepat, dan para bek akan bergantian muncul di posisi acak.
Ego menyebut ini sebagai tiruan artifisial dari situasi dalam kotak penalti di pertandingan kelas dunia. Ujian ini menilai kemampuan peserta dalam membaca situasi, merespons dengan cepat, menendang dengan akurasi, serta menjaga stamina selama 90 menit.
Peserta yang tidak memiliki mental, teknik, dan ketahanan fisik yang baik akan kesulitan lolos dari tahap pertama, sementara pemain amatir akan semakin tak berdaya.
4. Isagi Yoichi Sadar Golnya Bergantung Pada Rekan Tim
Setelah kembali gagal membidik bola yang ditembakkan sembarangan dengan kecepatan tinggi oleh mesin pelontar, Isagi mulai menyadari sesuatu.
Selama ini, gol-golnya tercipta berkat operan Bachira yang selalu tepat mengarah ke posisi yang diinginkan, sehingga mudah untuk ditendang. Kunigami sering kali memancing bek menjauhi Isagi, sementara Chigiri selalu berada dalam jarak pandang yang ideal untuk menerima operan.
Berkat kerja sama tim, Isagi mampu mencetak gol. Namun, ia menyadari bahwa jika harus bertarung sendirian, dirinya tidak akan mampu. Karena itu, ia bertekad untuk berevolusi menjadi striker yang bisa diandalkan tanpa bantuan tim.
Meskipun sudah memanfaatkan senjata spatial awareness dan posisinya untuk melakukan direct shoot sudah tepat, tendangannya masih belum akurat. Tendangannya gagal mencetak gol dan justru membentur mistar gawang. Isagi pun menyadari bahwa kekurangannya terletak pada keakuratan tendangan.