The Formula for Goals – Blue Lock Episode 8 – S1
1. Rapat Strategi Tim Z
Tim Z sedang mengadakan rapat strategi yang dipimpin oleh Lemon. Dalam rapat tersebut, Lemon mengumumkan bahwa pertandingan antara Tim W dan Tim Y berakhir imbang, berkat Niko yang mencetak gol penyeimbang. Akibatnya, Tim Z kini berada di posisi ketiga klasemen. Pertandingan terakhir di Gedung 5 mempertemukan Tim Z dengan Tim V, si pemuncak klasemen yang tak terkalahkan.
Jika pertandingan melawan Tim V berakhir imbang, Tim Z tidak akan melaju ke babak berikutnya karena memiliki selisih gol yang buruk dibandingkan Tim W. Oleh karena itu, Tim Z harus menang melawan Tim V agar bisa finis di posisi kedua klasemen. Berdasarkan analisis Lemon, jika Tim Z tidak mampu menghentikan trio Tim V, mereka tidak akan bisa menang. Trio Tim V, yaitu Zantetsu, Nagi, dan Reo, telah mencetak total 18 gol. Zantetsu mencetak 5 gol, Reo 6 gol, dan Nagi 7 gol.
Raichi mengingatkan Tim Z bahwa Kuon juga hadir dalam rapat strategi mereka, tetapi Naruhaya mengaku tidak mempermasalahkannya karena Tim V tidak ingin berurusan dengan Kuon. Chigiri kemudian bertanya-tanya apakah Niko adalah tipe striker yang suka mencetak gol sendirian. Bachira menjelaskan bahwa Niko terinspirasi oleh seseorang, dan mengisyaratkan bahwa orang tersebut adalah Isagi.
Dalam hati, Isagi yakin bahwa kekalahan telah membuat Niko semakin kuat. Ia juga merasa sangat kesal pada Nagi dan bertekad untuk mengalahkannya.
2. Reo Mikage Selalu Manjakan Nagi Seishiro
Nagi sedang berbaring santai sambil bermain game di smartphone-nya, ketika Zantetsu menegurnya karena pulang lebih awal saat Tim V sedang latihan. Nagi menjawab bahwa latihan itu merepotkan. Zantetsu kemudian memperingatkan Nagi bahwa jika ia terlalu sering absen dari latihan, asam laktat akan menumpuk dan berdampak buruk bagi lututnya. Zantetsu bertanya apakah penjelasannya benar, dan Nagi membenarkannya.
Reo kemudian menghampiri dan mengatakan kepada Zantetsu bahwa Nagi tidak perlu latihan. Zantetsu menyebut bahwa Reo selalu memanjakan Nagi, namun Reo dengan tegas menjawab bahwa Nagi adalah “harta karunnya.”
3. Masa Lalu Reo Mikage & Nagi Seishiro
Reo adalah putra dari pemilik Perusahaan Mikage, yang memiliki total aset senilai 705,8 miliar yen. Ayahnya menginginkan Reo untuk melampauinya, dan ibunya bertanya apa yang sebenarnya Reo inginkan. Namun, sejak kecil, Reo merasa hidupnya membosankan. Segala sesuatu yang diinginkannya selalu didapat dengan mudah.
Ia populer di kalangan wanita, peringkat teratas di sekolah, jago bermain basket, dan dikagumi banyak teman. Tapi, di tengah semua itu, Reo tak menemukan hal yang benar-benar ia inginkan. Baginya, mendapatkan segala sesuatu dengan mudah justru terasa membosankan. Ia ingin memiliki sesuatu yang berharga, sesuatu yang benar-benar miliknya sendiri. Saat menyaksikan Jerman memenangkan Piala Dunia sepak bola, Reo mulai memimpikan menjadi juara dunia.
Namun, ayahnya menyuruhnya melupakan impian bermain bola, dengan alasan bahwa hanya yang berbakat yang bisa terpilih, dan menurutnya sudah terlambat bagi Reo yang baru mulai di bangku SMA. Ibunya pun setuju, mendorongnya untuk menjadi penerus perusahaan dan pebisnis hebat. Tetapi, Reo merasa bahwa apa yang diberikan oleh orang tuanya bukanlah apa yang ia inginkan.
Reo bertekad menjadikan tim sepak bola sekolahnya juara turnamen nasional, lalu membungkam orang tuanya, dan kemudian mengincar gelar juara Piala Dunia. Namun, ia merasa pesimis karena sekolah elit tempatnya belajar pasti memiliki tim sepak bola yang lemah. Meskipun begitu, Reo tidak mau menyerah.
Saat menuruni tangga, lutut Reo tanpa sengaja menabrak punggung Nagi, yang tengah asyik duduk di anak tangga sambil bermain game di smartphone-nya. Akibatnya, smartphone Nagi terlempar dan hampir jatuh menghantam lantai. Namun, dengan sigap, Nagi mengandalkan kemampuan kontrol kakinya untuk menyelamatkan smartphone tersebut. Dengan ketenangan yang luar biasa, smartphone itu mendarat dengan aman di kakinya.
Reo merasa takjub dengan kemampuan Nagi. Ia kemudian bertanya apakah Nagi berasal dari klub sepak bola dan langsung mengajaknya untuk bermain sepak bola bersama. Namun, Nagi yang mengetahui bahwa Reo berasal dari keluarga konglomerat malah ingin meminta uang. Nagi juga menegaskan bahwa dirinya tidak ingin bermain sepak bola dan belum pernah bermain olahraga apa pun, karena ia hanya ingin bersantai dan menjalani hidup dengan bermalas-malasan.
Meskipun begitu, Reo melihat potensi besar dalam diri Nagi dan yakin bahwa Nagi adalah sosok “terpilih” seperti yang dimaksud oleh ayahnya. Oleh karena itu, Reo terus berusaha meyakinkan Nagi untuk menjadi pesepak bola, dengan keyakinan bahwa jika mereka bekerja keras bersama, mereka bisa mencapai level profesional. Namun, Nagi merasa bahwa bekerja keras sangat merepotkan, begitu pula dengan bermain sepak bola, karena ia sangat membenci segala sesuatu yang merepotkan.
Reo kemudian mencoba pendekatan lain. Ia meyakinkan Nagi bahwa Nagi tak perlu mengubah kebiasaannya yang suka bermain game dan bermalas-malasan, karena Reo sangat yakin Nagi memiliki bakat untuk menjadi pemain sepak bola hebat. Akhirnya, Reo berhasil membujuk Nagi untuk bermain sepak bola bersamanya. Hidup Reo, yang sebelumnya membosankan, pun berubah sejak pertemuannya dengan Nagi.
4. Koun Wataru Ogah Bantu Tim Z
Di ruang tidur, Lemon menegur beberapa pemain Tim Z yang asyik bermain kuis tebak ekspresi, dan mengingatkan mereka untuk memulai rapat strategi. Bachira berkomentar bahwa Lemon sedang marah, tetapi Lemon mengatakan ia tidak ikut bermain kuis. Khawatir terjadi kebocoran strategi lagi, Raichi menyekap Kuon dan mengajak anggota Tim Z bergantian menghajarnya. Namun, Isagi menegur Raichi, khawatir jika Kuon terluka, tim Z akan kesulitan bermain hanya dengan 10 orang.
Kuon melepaskan cengkeraman Raichi dan dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak ingin bermain bersama Tim Z lagi. Meskipun Tim Z kalah, Kuon mengungkapkan dirinya tetap akan lolos berkat keberhasilannya mencetak 3 gol, yang membuatnya menjadi top skor Tim Z. Kunigami kemudian mengatakan kepada Kuon bahwa ia akan mencetak hattrick, sehingga bisa memiliki 4 gol dan melampaui Kuon sebagai top skor Tim Z.
Kuon meragukan kemampuan Kunigami untuk mencetak hattrick melawan Tim V. Sambil duduk, Kuon mengatakan kepada Tim Z bahwa tidak ada yang bisa bermain bola sendirian, dan dia memahami hal itu. Koun mengaku selalu bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya menjadi juara Piala Dunia. Kuon teringat masa lalunya, saat ia berjuang sendirian sementara rekan-rekannya tidak serius. Karena itu, Kuon tidak mau tersingkir di Blue Lock dan kalah hanya karena rekan timnya.
Raichi, yang sudah mulai emosi dan ditahan oleh Isagi, berkata bahwa mustahil seorang pengkhianat seperti Kuon bisa menjadi juara dunia, tapi Kuon tidak peduli. Bachira kemudian bertanya, apa yang terjadi jika dua pemain memiliki jumlah gol dan fair play points yang sama? Tiba-tiba, layar televisi menampilkan Ego, yang menyapa Tim Z dan menjawab pertanyaan Bachira. Ego mengatakan bahwa pemain dengan peringkat tertinggi di Blue Lock yang akan lolos. Kuon langsung senang mendengarnya, karena dia memiliki peringkat 265, yang merupakan peringkat tertinggi di Tim Z.
Raichi heran bahwa seorang pengkhianat seperti Kuon memiliki peringkat tertinggi. Ego kemudian menjelaskan bahwa dalam seleksi pertama, penilaian memang didasarkan pada jumlah gol, dan tindakan Kuon tidak dianggap sebagai pelanggaran. Namun, Ego menyebut Kuon sebagai “striker sampah yang lebih busuk dari sampah.”
5. Ego Jinpachi Ajarkan Formula Mencetak Gol
Ego mengatakan bahwa Tim Z berpikir mereka bisa bertahan di Blue Lock hanya karena kerja keras, padahal itu hanya sebuah kebetulan. Menurutnya, permainan Tim Z tidak memiliki nilai, karena striker terbaik di dunia harus mampu mencetak gol secara konsisten dalam berbagai situasi yang berulang.
Ego juga menyebut bahwa gol dramatis memang dapat meninggalkan kesan mendalam di hati semua orang. Namun, ia menegaskan ada banyak pemain yang menghilang setelah mencetak satu gol gemilang, dan bertanya mengapa mereka tidak bisa mengulangi gol tersebut. Alasannya, kata Ego, adalah karena gol-gol itu hanya terjadi secara kebetulan, terutama yang dihasilkan melalui pengkhianatan yang tidak bisa direproduksi.
Ego menyatakan bahwa yang dibutuhkan oleh Tim Z adalah formula untuk menciptakan peluang mencetak gol. Ia menekankan pentingnya belajar menganalisis kapan dan bagaimana senjata mereka bisa digunakan untuk mencetak gol.
Misalnya, senjata tendangan jarak jauh harus dianalisis: seberapa jauh dari gawang? Berapa banyak bek yang menjaga? Di mana bola harus diterima dan apa yang dirasakan pada saat itu? Semua detail ini harus dihayati dan dihasilkan kembali. Posisi, sentuhan, dribel, tendangan, dan semuanya harus dirancang dengan formula yang membuat kemampuan mereka bersinar. Striker terbaik di dunia memiliki formula mereka sendiri untuk mencetak gol.
Ego menegaskan bahwa para pemain Tim Z masih hidup dalam kebetulan saat mencetak gol gemilang, dan itu masih belum cukup. Ia menyuruh mereka memahami bahwa mereka bisa berevolusi setelah berhasil menciptakan reproduktivitas dalam permainan mereka.
Dalam pertandingan, hal-hal tak terduga memang terjadi, tetapi striker yang mampu menguji formulasinya sendiri di medan perang akan menjadi striker terbaik di dunia, mencetak gol satu demi satu. Ego mengingatkan agar tidak mengandalkan kebetulan dan menekankan bahwa kemenangan harus diraih dengan keseriusan.
6. Isagi Berguru ke Barou Shouei
Isagi merenungkan konsep reproduktivitas gol, yang mengharuskan seorang striker untuk selalu bisa menggunakan kemampuannya kapan saja, tanpa bergantung pada kebetulan. Ia menyadari bahwa senjata spatial awareness-nya sangat berguna, tetapi juga paham kelemahannya dalam menggiring bola dan menghadapi situasi satu lawan satu.
Bertekad untuk berevolusi, Isagi mendekati Barou yang berlatih sendirian di lapangan. Isagi mengatakan bahwa tujuan kedatangannya adalah untuk belajar bagaimana dirinya bisa menjadi seperti Barou. Barou menendang bola keras yang mengenai wajah Isagi dan menyuruhnya berpikir sendiri.
Namun, Isagi memohon agar Barou tidak meninggalkannya, mengakui bahwa ia kagum dengan kemampuan Barou yang mampu mencetak gol seorang diri dalam pertandingan. Isagi juga mengaku takut tersingkir dari Blue Lock dan bertekad menjadi pemain yang mampu bertarung sendirian.
Barou lalu mengajak Isagi duel satu lawan satu, dengan niat menghancurkan impian Isagi yang menurutnya dipenuhi ego sampah. Barou mulai berlari menggiring bola menuju gawang Isagi. Sementara itu, Isagi berencana fokus memperhatikan gerakan kaki dan bola, dan berharap bisa merebutnya saat Barou lengah.
Barou bergerak meliuk-liuk, berpindah ke kiri dan kanan untuk mengecoh Isagi yang berdiri di luar kotak penalti. Isagi tetap tenang karena Barou belum melewatinya. Namun, Barou tiba-tiba melepaskan tembakan dari luar kotak penalti, mengarah ke sudut kanan gawang. Tendangan itu berhasil masuk dari jarak lebih dari 20 meter, membuat Isagi takjub dengan akurasi tendangan Barou.
7. Isagi Yoichi Memahami Formula Senjata Barou Shouei
Isagi kembali menantang Barou dalam duel satu lawan satu. Saat Barou berlari menggiring bola, Isagi fokus mengikuti setiap pergerakannya, bertekad untuk tidak kalah lagi. Isagi memastikan Barou tidak mendapatkan kesempatan untuk menendang bola. Keduanya beradu badan, dan Isagi berusaha merebut bola dengan kakinya saat Barou bersiap menendang.
Namun, Barou hanya melakukan tendangan tipuan. Ia mengoper bola ke sisi kanan, mengejarnya, lalu melepaskan tembakan dari luar kotak penalti yang mengarah ke sudut kanan gawang. Tembakan itu kembali masuk dari jarak lebih dari 20 meter, membuat Isagi sekali lagi takjub dengan kemampuan Barou. Isagi menyimpulkan bahwa Barou bisa mencetak gol dari mana saja dan kapan saja jika dia melihat peluang.
Merasa sudah memahami formula gol Barou, Isagi pun menantangnya dalam duel satu lawan satu untuk ketiga kalinya. Isagi menduga bahwa batas tendangan jarak jauh Barou adalah 23 meter, sehingga ia mencoba menghalangi Barou agar tidak bisa memasuki “zona Emperor” yang menjadi area andalan Barou untuk mencetak gol.
Saat melihat Barou meliuk-liuk tubuhnya menghadapi hadangan, Isagi semakin yakin bahwa Barou tidak bisa mencetak gol dari mana saja, melainkan hanya saat berada di zona absolutnya. Namun, Isagi juga sadar bahwa dalam pertandingan sebenarnya, ketika Barou dikelilingi pemain lawan, dia tidak bisa dengan mudah memasuki zona tersebut. Barou harus menggunakan segala cara, termasuk kecepatannya, untuk menembus pertahanan lawan. Karena itulah Barou memperkuat fisiknya.
Barou tiba-tiba menghentikan aksinya saat berusaha melewati hadangan Isagi. Barou berkata kepada Isagi bahwa jangkauan tendangannya sebenarnya adalah 27 meter. Tanpa basa-basi, Barou melepaskan tembakan dari jarak tersebut, mengarah tepat ke sudut kanan gawang. Tembakan itu masuk, tanpa perlu melewati hadangan Isagi, membuat Isagi semakin terkejut dan yakin bahwa Barou adalah seorang monster di lapangan.
Isagi pun mengucapkan terima kasih kepada Barou karena merasa telah belajar sesuatu dari pengalaman tersebut. Namun, Barou dengan tegas mengatakan bahwa dia tidak bermaksud mengajari Isagi apa pun. Dia hanya ingin menunjukkan kehadirannya di lapangan agar “orang bodoh” seperti Isagi berhenti berputus asa. Meskipun begitu, Isagi tetap mengucapkan terima kasih.
8. Isagi Yoichi Mencari Tahu Formula Gol Miliknya
Isagi menganalisis formula mencetak gol Barou. Ia memahami bahwa “A” adalah senjata absolut Barou, yaitu kemampuan tembakan jarak menengah dan kekuatan fisiknya untuk menerobos lawan. Sementara itu, “B” adalah pemanfaatan situasi di jarak 27 meter dari gawang, yang sangat mendukung senjata tersebut. Kombinasi A x B menciptakan “C,” yaitu total 10 gol yang dicetak Barou selama berada di Blue Lock.
Namun, Isagi sadar bahwa ia tidak bisa meniru formula gol Barou, karena senjata spatial awareness miliknya belum cukup untuk mencetak gol. Ia menyadari bahwa “A” baginya adalah mengandalkan senjata spatial awareness, tetapi situasi “B” yang mendukung senjatanya masih belum diketahui. Oleh karena itu, ia belum bisa menggabungkan A x B untuk menciptakan “C,” yaitu mencetak gol.
Isagi pun bertekad menemukan jawabannya dalam pertandingan saat Tim Z melawan Tim V.
9. Persiapan Tim Z
Di kamar tidur Tim Z, Isagi merasakan tangannya gemetar. Ia mulai merasa takut karena karier sepakbolanya mungkin akan berakhir jika mereka kalah melawan Tim V esok hari. Sambil gemetar, Igaguri yang sedang berbaring di kasur memberi tahu Isagi bahwa ia sangat ketakutan hingga tidak bisa tidur. Jika gagal menjadi pesepakbola, Igaguri akan terpaksa mengurus kuil keluarganya.
Isagi menenangkan Igaguri, mengatakan bahwa mereka harus berjuang meski dalam ketakutan, karena rasa takut justru bisa membuat mereka lebih kuat, dan mereka harus menang. Pemain Tim Z lainnya diam-diam mendengarkan percakapan Isagi sambil berpura-pura tidur. Hanya Bachira dan Koun yang tidur nyenyak, sementara Kunigami sibuk berlatih sendirian di lapangan.
Lemon menjadi juru strategi Tim Z dalam menghadapi Tim V, dengan taktik yang mengandalkan Kunigami, Chigiri, dan Gagamaru sebagai trio striker. Lemon mengakui bahwa lini serang Tim V sangat kuat, sehingga ia menyarankan agar Tim Z menggunakan strategi “parkir bus,” fokus pada pertahanan total. Lemon meminta Tim Z untuk mencetak gol melalui serangan balik cepat, karena ia yakin itulah satu-satunya cara efektif untuk tim yang hanya memiliki 10 pemain. Dengan rencana tersebut, Tim Z merasa optimis dapat memenangkan pertandingan melawan Tim V.
Sebelum memasuki lapangan, Bachira bertanya kepada Isagi apakah, jika Tim Z kalah, mereka tidak akan bisa bertemu dan bermain sepak bola bersama lagi. Bagi Bachira, hal itu sangat menyedihkan, sehingga ia bertekad untuk berjuang sekuat tenaga. Isagi pun mengajak Bachira untuk bersama-sama memenangkan pertandingan.
10. Pertandingan Tim Z vs Tim V Dimulai
Saat pertandingan dimulai, Tim Z yang telah mempelajari pola serangan Tim V berusaha mengantisipasi setiap serangan. Isagi membuntuti Reo, yang diketahui sebagai otak serangan Tim V. Reo dikenal memiliki operan akurat yang sering berujung pada gol, sehingga Bachira dan Isagi bekerja sama untuk menghentikan Reo agar tidak bisa mengirim umpan berbahaya ke depan gawang.
Reo akhirnya mengoper bola ke sisi kanan kepada Zantetsu, yang terkenal dengan tendangan melengkung jarak menengahnya yang mematikan. Melihat itu, Naruhaya dan Raichi segera menutup jalur tembakan Zantetsu untuk mencegahnya mencetak gol. Zantetsu, sesuai dugaan Tim Z, mengoper bola ke Nagi, tetapi Igaguri dengan cepat menyundul bola sebelum Nagi menerimanya, mengirimnya ke Isagi.
Isagi segera memulai serangan balik cepat Tim Z dengan mengoper bola ke Bachira. Bachira menggiring bola, mengecoh pemain Tim V yang mencoba merebutnya, lalu mengirim umpan panjang ke depan gawang Tim V. Mengandalkan senjata kelincahan tubuhnya, Gagamaru siap mengeksekusi umpan tersebut. Ia menerjangkan tubuhnya ke depan dan berhasil menyundul bola, namun sayangnya bola membentur mistar gawang, nyaris menjadi gol.
Reo takjub dengan serangan balik cepat Tim Z dan segera mengajak Nagi untuk meniru strategi tersebut. Percakapan itu membuat pemain Tim Z heran. Reo kemudian mengirim umpan panjang yang mengarah langsung ke depan gawang Tim Z. Isagi mengira umpan itu terlalu kuat dan akan meleset, namun Nagi, yang dijaga oleh dua bek di kedua sisinya, melompat dan menjinakkan bola di udara dengan kakinya, lalu melepaskan tembakan yang membobol gawang Tim Z.
Nagi dengan santai menyebut aksinya “gampang” dan merasa heran mengapa sundulan Tim Z tadi tidak menghasilkan gol, membuat Isagi dan Bachira tersinggung. Skor pun berubah, Tim V unggul 1-0 atas Tim Z. Nagi kemudian bertanya kepada Reo apakah dia sudah boleh bermalas-malasan, tetapi Reo menyuruhnya untuk mencetak 5 gol lagi.
Isagi takjub melihat kemampuan Nagi dalam mengontrol bola dengan sempurna, terutama saat mengendalikan bola sambil berlari dan dikawal oleh dua bek di kedua sisi, sesuatu yang sangat sulit dilakukan. Namun, Nagi tidak memedulikan seberapa sulit umpan dari Reo, ia tetap mampu mengontrol bola dan mencetak gol spektakuler. Isagi terkejut, menyadari bahwa peringkat tertinggi di Gedung 5, Nagi Seishiro, benar-benar seorang monster.