3. Isagi Yoichi Bertemu Kira Ryosuke

Saat sedang menikmati makan malam bersama kedua orang tuanya, ibu Isagi menyerahkan sebuah amplop dari JFU (Persatuan Sepakbola Jepang) yang mengundang Isagi untuk mengikuti pelatihan khusus.

Keesokan harinya, Isagi mengunjungi kantor JFU dan bertemu Kira. Kira, yang mengingat Isagi sebagai lawan yang sangat terampil dalam bermain bola, mengakui bahwa Isagi memiliki kemampuan Spatial Awareness dan IQ sepak bola yang bagus. Bahkan, Kira yakin bahwa jika mereka berada dalam satu tim, Isagi akan memberikan operan-operan yang hebat. Isagi merasa senang dengan pujian Kira, dan mereka pun menjadi akrab seketika.

Setelah itu, Isagi dan Kira terkejut saat memasuki aula JFU. Di sana, mereka melihat begitu banyak pemain muda top, dan semuanya adalah striker berbakat.

4. Tujuan Ego Jinpachi Menciptakan Proyek Blue Lock

Ego kemudian muncul dengan penuh percaya diri dan mengumumkan bahwa dirinya telah diberi tugas untuk membawa Timnas Jepang memenangkan Piala Dunia. Ia mengungkapkan tujuannya mengumpulkan 300 striker berusia 18 tahun adalah untuk menciptakan striker revolusioner.

Ego juga memperkenalkan fasilitas Blue Lock, sebuah gedung megah yang dirancang untuk menampung 300 striker menjalani pelatihan khusus selama 6 bulan. Dengan keyakinan yang membara, Ego menjamin bahwa sosok yang mampu mengalahkan 299 orang lainnya akan menjadi striker nomor satu dunia.

Kira dan peserta lainnya memprotes ide Ego yang menyuruh mereka mengabaikan turnamen sekolah nasional dan melarang mereka pulang ke rumah selama pelatihan Blue Lock. Dengan tenangnya, Ego mengizinkan siapa saja yang ingin pulang untuk melakukannya. Sebab, Ego merasa miris melihat generasi muda Jepang lebih mementingkan juara turnamen sekolah nasional ketimbang menjadi striker nomor satu dunia.

Ego menegaskan bahwa penyebab utama kelemahan Timnas Jepang adalah karena selalu mengutamakan kerja sama tim. Padahal, menurutnya, sepak bola seharusnya lebih berfokus pada mencetak gol lebih banyak daripada lawan. Kira memprotes, menuduh Ego tidak menghormati para pemain Timnas Jepang dan meminta Ego menarik ucapannya.

Namun, Ego memperkuat argumennya dengan mencontohkan Noel Noa, striker nomor satu dunia dan peraih Ballon d’Or, yang berhasil mengalahkan Messi dan Cristiano Ronaldo. Noel Noa pernah berpidato bahwa ia lebih puas mencetak hattrick dan kalah dengan skor 3-4 daripada mengutamakan kerja sama tim dan menang dengan skor 1-0. Begitu pula dengan legenda seperti Cantona dan Pele yang selalu memprioritaskan diri mereka sendiri ketimbang tim.

Dalam pidatonya, Ego menyimpulkan bahwa jika seseorang tidak bisa menjadi pemain egois, maka ia takkan bisa menjadi striker terbaik di dunia. Ego meminta seluruh peserta membayangkan diri mereka berada di final Piala Dunia, di menit terakhir babak kedua dengan skor 0-0. Sebagai striker, mereka berhadapan dengan kiper lawan dan memiliki rekan yang tanpa pengawalan meminta operan. Namun, striker mengabaikan peluang gol yang diciptakan rekannya dan memilih menembakkan bola secara egois.

Ego kemudian membuka pintu gerbang menuju Blue Lock, dan hanya mengizinkan tipe striker egois untuk masuk. Isagi, yang pernah menyesal karena tidak bertindak egois dan memilih mengoper kepada teman saat berhadapan dengan kiper lawan, langsung menjadi yang pertama berlari menuju Blue Lock. Seluruh peserta lainnya, termasuk Kira yang berlari karena rasa penasaran, mengikuti di belakangnya.