Sakamoto Days Episode 04 Season 2

1. Shishiba Tegur Osaragi

Shishiba menegur Osaragi karena telah merobohkan banyak gerbang torii saat bertarung melawan Dump. Ia menjelaskan bahwa gerbang torii adalah pintu depan rumah dewa, lalu menyuruh Osaragi membayangkan bagaimana rasanya pulang ke rumah setelah misi dan mendapati pintu depan hancur—pasti akan terasa menyedihkan.

Tak lama kemudian, Nagumo menelpon Shishiba dan memintanya melihat daftar target yang dibawa para terpidana mati pada bagian akhir. Saat membuka halaman terakhir, Shishiba mengetahui bahwa Slur berencana membuat para terpidana itu saling menghabisi satu sama lain di akhir tugas.

2. Masa Lalu Apart

Apart menceritakan masa lalunya kepada Sakamoto. Sejak kecil, di sekolah ia tidak memiliki teman karena sulit berbaur dan hanya bisa menjadi penonton ketika anak-anak lain bermain. Bahkan ketika pulang ke rumah, ibunya kerap mengabaikannya. Apart bahkan tak ingat kapan terakhir kali sang ibu mengajaknya bicara, dan ia sudah lupa seperti apa suara ibunya.

Meski jarang di rumah karena sibuk bekerja, Apart tetap menyayangi ayahnya. Suatu hari, sepulang kerja, sang ayah bertanya mengapa ia tampak murung dan hanya duduk sendirian. Ia kemudian memberikan sebuah boneka sebagai hadiah, berharap Apart bisa berlatih berteman dan berbicara dengan boneka itu sebelum benar-benar bersosialisasi.

Keesokan harinya, Apart mencoba menghampiri teman-temannya yang sedang bermain, tetapi mereka menolak ajakannya untuk berteman. Kecewa, ia mengurung diri di kamar. Saat itulah rasa penasaran mulai menyelimutinya: apa sebenarnya perbedaan dirinya dengan benda maupun makhluk lain?

Diliputi rasa ingin tahu, ia merobek boneka hadiah ayahnya dengan gunting untuk melihat apa yang tersembunyi di dalamnya. Namun, rasa penasarannya tidak berhenti di situ. Dari taman, ia membawa pulang seekor kucing dan melakukan hal yang sama, mencoba memahami isi tubuh makhluk hidup dan membandingkannya dengan dirinya sendiri.

Sifat aneh Apart membuat ibunya khawatir hingga melapor pada ayahnya. Sang ayah hanya bisa memeluknya sambil menangis, lalu membawa Apart ke klinik untuk diperiksa. Dokter menunjukkan hasil MRI otaknya dan menyatakan bahwa Apart sehat.

Namun, dengan penuh emosi, ayahnya membentak, “Kalau dia normal, mengapa tega mencabik-cabik tubuh kucing?” Ia bahkan mencengkeram kerah baju sang dokter, menuduhnya berusaha menyembunyikan kenyataan bahwa Apart adalah monster.

Mendengar kata-kata itu, Apart murka. Ia mengambil gunting dan menyerang ayahnya hingga tewas. Lalu, ia membuka isi kepala sang ayah dan membandingkannya dengan hasil film MRI miliknya yang tertempel di dinding. “Isinya sama,” ucapnya.

Saat itu, Apart merasa bersyukur bahwa dirinya tidak berbeda dengan manusia lain. Keyakinan itu membuatnya percaya bahwa ia bisa terhubung dengan orang lain. Sementara itu, sang dokter hanya bisa jatuh terduduk di lantai, syok menyaksikan kegilaan Apart.