Dandadan Episode 19

1. Pelayan Kafe

Okarun, Miko, dan Moku duduk di meja makan, sementara Momo menuangkan air minum dari teko ke cangkir mereka. Sarah menyiapkan kamera polaroid untuk memotret Okarun, Miko, dan Moku yang telah membeli paket foto bersama maid, yaitu Momo. Mereka berpose sambil membentuk tanda hati di depan dada.

Di luar kafe, Momo mengantarkan Okarun, Miko, dan Moku yang hendak pulang. Dengan kesal, ia menyuruh mereka segera pulang karena merasa telah dijahili oleh sahabat-sahabatnya tersebut. Miko dan Moku langsung merangkul tangan Okarun bersamaan, menyeretnya pergi. Namun, Okarun menolak karena ingin tetap tinggal bersama Momo.

Okarun lalu mengatakan bahwa ia akan menunggu Momo sampai selesai bekerja pada pukul 10 malam. Momo menyuruhnya pulang, mengingat masih ada lima jam lagi, dan menegaskan bahwa ia cukup kuat untuk pulang sendirian di malam hari. Akhirnya, Okarun menurut dan pergi meninggalkan Momo.

Setelah itu, Momo kembali bekerja, melayani pelanggan yang datang, termasuk mereka yang membeli paket foto bersamanya. Saat jam kerja usai, ia memandangi jalanan malam yang sunyi. Tiba-tiba, Okarun muncul menghampirinya dan berkata bahwa seorang gadis tidak boleh dibiarkan pulang sendirian larut malam. Momo dan Okarun pun saling menggenggam tangan dan berjalan pulang bersama.

2. Hasil Latihan

Di rumah Seiko, Aira sedang rebahan sambil menyeruput minumannya, sementara matanya tertuju pada Jiji yang duduk seiza dan berusaha mengalirkan “ki”. Di sisi lain, Manjiro tampak kewalahan saat mencoba mendorong tubuh Jiji agar terjatuh.

Seiko memuji Jiji karena proses belajarnya cukup cepat, lalu menyuruh Manjiro bersiap dengan termos air panas. Ia kemudian menuangkan setetes kecap ke tangan Jiji.

Saat itu, Evil Eye berusaha mengambil alih kendali tubuh Jiji. Namun, Jiji berhasil menguasai dirinya sehingga upaya itu gagal. Manjiro terkesan dengan kemampuan Jiji, sementara Seiko menyebutnya sebagai seorang jenius.

Meski begitu, Seiko tetap mengingatkan Jiji agar selalu waspada. Ia menjelaskan bahwa Jiji baru sanggup menahan diri dari setetes kecap, tetapi jika diganti dengan air dingin, tekanannya akan jauh lebih berat.

Walau demikian, Seiko menyuruh Jiji tetap bersyukur karena latihan yang dijalani sudah cukup efektif untuk menahan pengaruh Evil Eye. Seiko pun yakin, jika Jiji terus berlatih dengan tekun, suatu hari nanti ia akan bisa kembali menjalani hidup normal.